Melestarikan Ekosistem, Mengevaluasi Egosistem

Cerita
12 November 2023 33 0
JAWA TENGAH

Author

Azka Syamila

Social Media Strategist

2

Apakah kamu pernah mengunjungi taman kota, hutan kota, atau plesir sejenak ke daerah pedesaan, untuk mengambil rehat dari penatnya rutinitas sehari-hari? Apa yang kamu rasakan? Perasaan lega, segar, dan menenangkan, bukan? Berbagai penelitian menyebutkan jika terhubung kembali dengan alam adalah salah satu bentuk terapi yang baik. Bagaimana hal itu bisa terjadi, ya? Sederhananya, karena kita sendiri adalah bagian dari ekosistem.


Sebagai makhluk hidup, kita – manusia – merupakan bagian dari ekosistem. Kita berinteraksi dengan lingkungan kita: dipengaruhi oleh lingkungan dan mempengaruhi lingkungan. Kita bisa memanfaatkan sumber daya alam: melestarikan apa yang sudah ada, atau menghabiskannya tak bersisa. Namun ketika kita mengeksploitasi lingkungan tanpa memperhatikan kelestarian ekosistem, kita telah sedikit demi sedikit termakan “egosistem”.


Apa itu Egosistem?

Egosistem merupakan sebuah tipe motivasi sosial yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhannya untuk bertahan hidup. Meskipun egosistem mendorong daya sintas manusia, sayangnya prinsip ini tidak mempedulikan unsur lain yang mungkin terdampak dari kegiatan yang dilakukannya.

Tipe motivasi sosial yang berkebalikan dengan egosistem adalah ekosistem, yaitu sebuah motivasi sosial ketika manusia terdorong untuk melindungi setiap unsur lingkungan yang mungkin terdampak dari kegiatannya.


Apabila diibaratkan sebuah wadah, di mana bumi dan seisinya berada dalam wadah tersebut, egosistem berprinsip bahwa manusia adalah pemilik wadah dan dapat memanfaatkannya tanpa mempedulikan bagaimana isi wadah bergolak. Namun ekosistem berprinsip bahwa manusia adalah bagian dari wadah tersebut, di mana setiap tindakannya akan mempengaruhi setiap komponen dalam wadah sehingga manusia akan lebih berhati-hati dalam bertindak, supaya setiap komponen dalam wadah hidup seimbang dan saling bermanfaat satu sama lain.

Saat ini, dunia dihadapkan dengan berbagai krisis lingkungan, seperti pemanasan global, kerawanan pangan, polusi, serta kepunahan flora dan fauna. Jika ditilik lagi, krisis lingkungan tersebut terjadi karena kita telah menuruti egosistem dengan memanfaatkan sebanyak mungkin sumber daya alam yang ada, tapi melupakan dampaknya yang dapat merusak alam.


Langkah Kecil untuk Memulai

Sebagai bagian dari ekosistem, sudah seharusnya kita bertindak dengan memikirkan ekosistem tempat kita tinggal. Ada beberapa langkah sederhana yang dapat kita lakukan untuk melestarikan ekosistem dengan mengevaluasi egosistem yang kita miliki, salah satunya adalah perilaku konsumtif yang bijak.

Dengan dorongan egosistem, kita akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Hal tersebut mengarah pada perilaku konsumtif. Namun perilaku konsumtif manusia seringkali menimbulkan “sampah”. 


Contoh sederhananya adalah ketika manusia membeli makanan, yang apabila perilaku konsumtif dan egosistem tidak terkontrol maka manusia akan membeli makanan yang berlebihan, padahal belum tentu makanan tersebut habis dan akhirnya menjadi sampah. Sampah inilah yang kemudian menjadi permasalahan dalam kehidupan manusia, di mana sampah memiliki andil besar dalam menciptakan polusi yang mengganggu berbagai kehidupan, tak terkecuali manusia sendiri.

Dengan perilaku konsumtif yang bijak, kita mengevaluasi egosistem yang kita miliki. Perilaku konsumtif yang bijak di antaranya seperti memilih membeli kebutuhan secukupnya dan mengelola sampah yang dihasilkan.


Perilaku konsumtif yang bijak juga dapat menyangkut pada pemilihan produk yang mendukung keberlanjutan dari segala aspek, mulai dari produksi hingga distribusinya.  Dengan perilaku konsumtif yang bijak, kita dapat mendukung ekonomi sirkular dan praktik berkelanjutan. 

Ketika kita bijak dalam mengkonsumsi suatu produk, artinya kita peduli terhadap dari mana produk itu berasal, bagaimana proses produksi dan distribusinya, bagaimana kita akan memanfaatkan produk tersebut, dan apa dampak yang ditimbulkan terhadap ekosistem dari proses produksi, distribusi, hingga ketika kita menikmati produk tersebut. Dengan demikian, kita telah sedikit demi sedikit mengalihkan egosistem kita ke prinsip ekosistem.

Suka Dengan Cerita Ini

Topik Berhubungan

Dukung Rambu Amy