MANUSIA ADALAH ALAM, ALAM ADALAH MANUSIA
Kemajuan peradaban manusia seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Era Revolusi Industri 4.0 yang sebenarnya memiliki semangat untuk mendorong manusia agar lebih memahami kehidupan lingkungan alam, justru semakin memisahkan manusia dari ekosistemnya sendiri. Akibatnya hubungan manusia dan alam seolah terpisah satu sama lain, padahal manusia dan alam hidup dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Seringkali manusia diidentikkan sebagai subjek utama dalam kehidupan. Akibatnya manusia menjadi bertindak melampaui kewenangan atau menelantarkan kewajibannya terhadap keberlangsungan alam. Manusia dan alam memiliki hubungan timbal balik yang sangat ditentukan oleh kemampuan manusia dan alam dalam memahami karakternya masing-masing. Seperti kata Fiersa Besari “Alam mengandung bahaya, Manusia mengundang bahaya”. Manusia dan Alam merupakan bagian dari ekosistem yang tak terpisahkan.
Ekosistem dapat diartikan sebagai suatu kewenangan manusia dalam memanfaatkan alam bahwa hal tersebut harus berada pada koridor fungsi yang saling menguntungkan. Dengan demikian, kebutuhan manusia akan terpenuhi oleh alam lingkungan dan alam akan terjaga keberlangsungannya. Sedangkan Egosistem perbuatan yang tidak mengindahkan aspek saling menguntungkan. Manusia hanya berpikir pada terpenuhi kebutuhannya dengan cara mengekploitasi namun mengenyampingkan keseimbangan ekosistem. Padahal hubungan manusia dan alam merupakan suatu keniscayaan. Antara manusia dan alam terdapat keterhubungan keterkaitan dan keterlibatan timbal balik yang sama dan tidak dapat ditawar.
Ekploitasi alam yang terjadi di Indonesia meliputi tingkat deforestasi yang tinggi terutama karena kegiatan pertanian, termasuk perkebunan kelapa sawit dan industri pulp dan kertas. Ekploitasi tambang, seperti tambang batu bara, timah, nikel, dan emas yang dapat merusak lingkungan dan timbulnya konflik dengan masyarakat setempat. Aktivitas industri dan pertanian dapat menyebabkan pencemaran air dan udara serta mengancam keberlanjutan lingkungan hidup. Aktivitas dari ekploitasi alam juga memberikan kontribusi pada emisi gas rumah kaca dan mempercepat terjadinya perubahan iklim. Ekploitasi alam juga menimbulkan kehilangannya habitat alami karena deforestasi dan konservasi lahan dapat mengancaman keanekaragaman hayati.
Sebagai manusia yang merdeka secara jasmani dan rohani perlu kita menerapkan pola pikir ekosistem, bukan egosistem. Mulai dengan memahami apa itu ekosistem, mengenali peran tiap-tiap elemen dalam ekosistem dan bagaimana mereka saling bergantung satu sama lain. Kemudian membangun kerja sama dan kolaborasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam kepedulian terhadap ekosistem seperti komunitas, pemerintah dan bisnis. Mencoba untuk belajar mengelola sumber daya alam dengan bijak, hindari ekploitasi berlebihan yang dapat merusak keseimbangan ekosistem. Selalu untuk mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi sirkular untuk meminimalisir limbah dan memaksimalkan pemanfaatan ulang. Selanjutnya mulai untuk memberikan dampak ke masyarakat dengan mengajak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan dan pelestarian ekosistem. Kenalkan masyarakat mengenai nilai-nilai ekologi dan dampak dari tindakan manusia terhadap lingkungan. Mendukung dan terlibat dalam pengembangan teknologi yang ramah lingkungan dengan mencari cara untuk mengintegrasikan inovasi teknologi dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung keberlanjutan. Bangun komitmen secara utuh untuk melindungi keanekaragaman hayati dengan mempertahankan dan memulihkan habitat alami.