Ekosistem Punya Musuh? Wah Apakah Itu?
Dewasa ini mendengarkan berita tentang bencana iklim di Indonesia sudah bukan lagi berita hal yang heboh. Menurut Bumi Butuh Aksi.id, belum genap satu tahun di Indonesia sudah diterjang sebanyak 3.100 bencana iklim. Prestasi yang buruk sekali bukan? Kekeringan melonjak 33 kali lebih banyak dari angka bencana 2022, bencana kekeringan air yang melanda beberapa wilayah di Indonesia, dan bencana 876 cuaca ekstrem serta 452 bencana tanah longsor sepanjang 2023. Selain itu, bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang meningkat hampir tiga kali lipat (hingga Oktober, Indonesia telah mengalami 726 bencana karhutla). Mengerikan sekali bukan? Bencana tersebut terjadi akibat tindakan manusia secara langsung maupun tidak langsung yang bersifat merusak lingkungan sehingga memperparah krisis iklim dan ekosistem di alam juga dapat terganggu.
Perlu digaris bawahi bahwa, ternyata kehadiran manusia dan alam membentuk suatu ekosistem yang saling terkait dan berinteraksi. Selain karena manusia merupakan bagian dari keanekaragaman hayati, tidak dipungkiri bahwa manusia menggantungkan hidup pada sumber daya alam seperti air, udara bersih, tanah subur, dan berbagai jenis makanan tumbuhan dari alam sehingga kesehatan dan kesejahteraan manusia sangat bergantung pada keberlanjutan sumber daya alam. Hubungan timbal balik juga antara manusia dan alam contohnya manusia ikut berpartisipasi dalam siklus nutrisi dan energi di alam (manusia mengonsumsi tanaman dan hewan untuk mendapat nutrisi bagi tubuh dan limbah manusia dapat menjadi sumber nutrisi untuk organisme lain di dalam ekosistem.
Ekosistem yang ada di alam juga merupakan tanggung jawab manusia untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam karena mau tidak mau, suka tidak suka aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh manusia berinteraksi dengan alam baik di sektor pertanian, industry maupun urbanisasi dan berdampak yang signifikan. Meninjau berita bencana iklim yang terjadi di Indonesia saat ini, seperti penebangan hutan, pencemaran akibat industri, serta emisi gas rumah kaca ternyata akibat ulah manusia sendiri lah yang menyebabkan hubungan antara manusia dan alam jadi berdampak negatif dan merugikan alam. Kalau sudah begini siapa yang salah? Yakin manusia mau disalahkan? Atau egonya yang tidak mau disalahkan?
Tidak hanya Avenger vs Thanos yang musuhan, atau Spongebob vs Squidward, ternyata ekosistem juga punya loh! Please welcome… egosistem atau musuh bebuyutan dari ekosistem. Berdasarkan pengertiannya, ekositem sendiri bermakna pada hubungan serta keseimbangan antara manusia dan lingkungan tempat mereka tinggal jadi kata kuncinya adalah “balance” sedangkan egosistem kebalikan dari ekosistem yaitu sifat yang menunjukkan sikap ketidakseimbangan antara elemen manusia dan alam sehingga menimbulkan lebih banyak dampak negatif yang sifatnya merugikan. Contohnya di Indonesia, manusia butuh pohon untuk menghirup udara sedangkan banyak sekali hutan yang ditebang dan dialih fungsikan menjadi perkebunan hanya untuk kerakusan ego sendiri yang menghasilkan profit. Sedangan ekosistem di alam ini dapat tercapai apabila interaksi kompleks antara flora, fauna, mikroorganisme, air, tanah, dan elemen lain di suatu wilayah dapat mencapai keseimbangan dan menguntungkan (mutualisme).
Nah, agar keseimbangan antara manusia dan alam dapat terjadi dengan ekosistem yang baik apa aja sih aksi yang dapat kita lakukan sebagai anak muda? Kepo kan? Ikutin beberapa cara berikut yuk!
1. Menggunakan reusable barang for daily use
Anak muda kok masih bawa kresik? Anak muda mana sih yang masih pakai sedotan? Anak muda mana yang masih bawa botol plastik kemana-mana? Anak muda harus melek lingkungan dong! Upaya kita menggunakan barang yang dapat dipakai kembali (reusable) untuk sehari-hari ternyata sangan berpengaruh loh. Misalnya menggunakan totebag untuk pengganti kresek plastik, memakai tumblr untuk botol minum sehari-hari, memakai sedotan stainless atau jadi tim ‘kokop’ tanpa sedotan saat minum, dan menggunakan tepak makan untuk bekal setiap hari.
2. Menggunakan transportasi umum untuk mengurangi emisi gas
Mulai menggunakan transportasi umum seperti kereta, bis umum, dan lain-lain saat beraktivitas di luar seperti ke kantor, sekolah, kuliah, atau ke tempat lain juga turut menjaga ekosistem lingkungan loh! Bayangkan kalau setiap Senin-Sabtu harus ke kantor dengan kendaraan pribadi dalam sehari, kalau dalam sebulan? setahun? seabad? Efeknya berkepanjangan bukan? Jadi jangan ragu yuk dan tentunya lebih hemat juga naik kendaraan umum.
3. Bijak dalam menggunakan sumber daya alam
Anak muda jaman now, harusnya sudah harus terbiasa bijak dalam menggunakan sumber daya alam contohnya memakai listrik seperlunya saat sedang digunakan saja, tidak menyalakan atau berusahan mengurangi penggunaan AC, memakai air untuk mandi atau untuk wudhu dengan secukupnya tanpa berlebihan, dan lain-lain. Lebih baik lagi apabila kita dapat menggunakan sumber daya alam yang berkelanjutan demi kelangsungan hidup anak cucu kita nanti di bumi.
4. Belajar tentang Green Jobs!
Indonesia yang memiliki target pembangunan rendah karbon hingga targetnya pada tahun 2030 bisa kita lakukan bersama dengan Green Jobs loh. Green Jobs atau profesi hijau merupakan pekerjaan yang berkontribusi dalam melestarikan lingkungan dengan energi terbarukan. Sehingga pekerjaan green jobs ini sangat bersifat keberlanjutan dan sangat membuka lapangan pekerjaan yang sifatnya green-economy.
5. Ikutan Aksi Ekosistem bersama Rimba Makmur Utama
Untuk aksi nyatanya dapat kita lakukan bersama dengan mengikuti aksi ekosistem bersama Rimba Makmur Utama. Ada 3 yaitu: katingan mentaya project, mentaya sweet, dan journey to zero. Kepoin link berikut untuk informasi lebih lanjut : https://rimbamakmurutama.com/.
Mudah bukan? kalau masih tidak percaya dengan bahayanya bencana iklim, coba nih baca kutipan berikut!
“Kalau kamu berpikir ekonomi lebih penting daripada lingkungan, tahanlah napasmu sambil menghitung uangmu.”
– Guy McPherson (Profesor konservasi biologi, University of Arizona)
#RimbaMakmurUtama
#KatinganMentayaProject
#CintaItuBeragam
#BirukanLangit
#JourneyToZero