Ekosistem, Bukan Egosistem: Menjaga Keseimbangan Alam dari Diri Sendiri
Karya : Khoitil Aswadi
Hari ini, aku pergi ke hutan untuk berjalan-jalan. Aku menyusuri jalur yang sudah aku kenal sejak kecil. Namun, kali ini, aku merasa ada yang berbeda. Hutan yang dulu hijau dan rimbun, kini terlihat kering dan gersang. Beberapa pohon yang dulu tumbuh subur, kini sudah mati. Aku merasa sedih dan bertanya-tanya, apa yang terjadi dengan hutan ini? Aku bertemu dengan seorang pemandu wisata yang mengajakku berbicara tentang ekosistem dan egosistem. Menurutnya, ekosistem adalah suatu sistem yang terdiri dari makhluk hidup dan lingkungannya yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Sedangkan egosistem adalah suatu sistem yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Menurut pemandu wisata itu, manusia seringkali berperilaku seperti egosistem. Kita hanya memikirkan kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan pada lingkungan sekitar. Kita seringkali merusak alam demi kepentingan kita sendiri, tanpa memikirkan dampak jangka panjang yang akan terjadi.Aku merenungkan kata-kata pemandu wisata itu. Aku menyadari bahwa aku juga seringkali berperilaku seperti egosistem. Aku seringkali membuang sampah sembarangan, menggunakan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan, dan tidak memperhatikan dampak dari perilaku yang aku lakukan.
Namun, aku tidak ingin terus berperilaku seperti itu. Aku ingin berubah dan mulai memikirkan ekosistem. Aku ingin menjaga keseimbangan alam dari diri sendiri. Namun, aku tidak tahu harus mulai dari mana.Pemandu wisata itu memberikan beberapa saran untuk memulai perubahan. Pertama, kita harus mulai dengan diri sendiri. Kita harus memperhatikan perilaku kita sehari-hari dan mencoba untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan sekitar. Kita bisa memulai dengan membuang sampah pada tempatnya, menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan, dan mengurangi penggunaan plastik.
Kedua, kita bisa bergabung dengan komunitas yang peduli pada lingkungan. Kita bisa bergabung dengan komunitas yang melakukan aksi-aksi lingkungan, seperti membersihkan pantai atau menanam pohon. Dengan bergabung dengan komunitas, kita bisa belajar dari orang lain dan memperluas jaringan kita. Ketiga, kita bisa memilih produk-produk yang ramah lingkungan. Kita bisa memilih produk yang menggunakan bahan-bahan daur ulang atau produk yang diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan.
Aku merasa terinspirasi oleh saran-saran pemandu wisata itu. Aku ingin mulai berubah dan memikirkan ekosistem. Aku ingin menjaga keseimbangan alam dari diri sendiri. Aku memutuskan untuk bergabung dengan komunitas yang peduli pada lingkungan. Aku bergabung dengan komunitas yang melakukan aksi-aksi lingkungan, seperti membersihkan pantai atau menanam pohon. Aku belajar banyak dari orang-orang di komunitas itu. Aku belajar tentang cara-cara untuk menjaga lingkungan sekitar dan memperluas jaringan sosialku.
Aku juga mulai memilih produk-produk yang ramah lingkungan. Aku memilih produk yang menggunakan bahan-bahan daur ulang atau produk yang diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan. Aku merasa bahwa dengan memilih produk-produk yang ramah lingkungan, aku juga ikut menjaga keseimbangan alam. Aku merasa senang dengan perubahan yang aku lakukan. Aku merasa bahwa aku sudah mulai memikirkan ekosistem dan bukan egosistem. Aku merasa bahwa aku sudah mulai menjaga keseimbangan alam dari diri sendiri.
Saat aku kembali ke hutan, aku merasa ada yang berbeda. Hutan yang dulu kering dan gersang, kini terlihat hijau dan rimbun. Beberapa pohon yang dulu mati, kini sudah tumbuh kembali. Aku merasa senang dan bangga dengan perubahan yang terjadi. Aku menyadari bahwa kita dan alam adalah satu ekosistem yang saling terhubung. Kita harus memikirkan ekosistem dan bukan egosistem. Kita harus menjaga keseimbangan alam dari diri sendiri. Kita harus mulai berubah dan memikirkan dampak dari perilaku kita pada lingkungan sekitar. Kita harus mulai menjaga keseimbangan alam dari diri sendiri.