Pesona Hutan : Dukungan Bagi Para Pelaku Usaha dan Masyarakat Sekitar Hutan Dalam Pengenalan Jasa dan Hasil Hutan Bukan Kayu

Dipublikasikan oleh admin pada 05 Oct 2020

Sebagian orang masih menganggap bahwa pemanfaatan hutan adalah mengambil kayu untuk diolah menjadi produk-produk kebutuhan manusia, namun sebenarnya pemanfaatan hutan memiliki definisi yang lebih luas. Karenanya Hutan itu Indonesia mendukung inisiatif masyarakat yang berada di sekitar hutan Indonesia yang telah dengan bijaksana memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai mata pencaharian. Mereka selama puluhan, bahkan ratusan tahun, telah berhasil memanfaatkan hutan Indonesia dan menjaga kelestariannya, Pesona Hutan 2020 merayakan kayanya hasil hutan Indonesia dan dedikasi masyarakat di sekitar hutan dalam mengelola hutan secara lestari. Pesona Hutan mengajak kita bersama-sama melakukan aksi nyata melindungi hutan melalui promosi dan pengenalan jasa dan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dalam bentuk pameran produk.

Hutan Itu Indonesia mengadakan sebuah live talkshow dan live cooking dalam peluncuran platform pengenalan produk jasa dan hasil hutan bukan kayu dalam platform microsite Pesona Hutan 2020 yang secara resmi diluncurkan pada 25 September 2020 tujuannya untuk memperkaya wawasan kita terhadap pemanfaatan hutan secara bijak dan berkelanjutan.

Dalam sesi live talkshow melalui live Youtube dipandu oleh Vitri Sekarsari Co-founder Hutan itu Indonesia sesi live ini berkolaborasi dengan Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Bentara Papua dan Teras Mitra, sesi pertama live mendatangkan tokoh pemanfaatan hutan dari Sintang yakni Ibu Ina dan Ibu Ita merupakan pengrajin anyaman. Sehari-hari mereka akan mengumpulkan daun Senggang (daun lengkuas) di sekitar hutan sebagai bahan baku pembuatan anyaman. Kegiatan yang sudah diturunkan hingga empat generasi ini menjadi sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka. Selain daun Senggang, untuk bahan pewarna anyaman juga diperoleh dari hutan seperti tanaman leunca dan getah rotan. Anyaman yang dihasilkan dapat berbentuk keranjang dengan berbagai ukuran, tudung saji makanan, tempat souvenir, dan sebagainya.

Bagi pengrajin anyaman seperti bu Ina, bu Ita, dan pengrajin anyaman lainnya di Sintang keberadaan hutan sangat menyokong kehidupan mereka;

Kelestarian hutan dan kawasan sekitar hutan sangat mempengaruhi ketersediaan bahan baku kerajinan anyaman. Secara aktif masyarakat sekitar hutan juga turut andil menjaga hutan dengan memanfaatkan hasil hutan tanpa berlebihan dan merusak hutan.

Sesi kedua pada live talkshow youtube bersama co-founder Teras Mitra Dicky Lopulalan membagikan cerita dan sudut pandang pesona hutan dari sisi pegiat pendampingan komunitas. Teras Mitra merupakan sebuah wadah perkumpulan komunitas dan mitra dari 12 provinsi di Indonesia yang memberikan pendampingan, pelatihan, pengembangan, hingga promosi bagi komunitas lokal yang memanfaatkan HHBK. Menurut Dicky sendiri, HHBK merupakan potensi hutan yang masih sangat luas selain kayu.

“HHBK itu merupakan produk dari pemanfaatan kawasan di pinggiran hutan, seperti agroforestry maupun permakultur. Bisa merupakan produk kebutuhan seperti vanili, kelapa, pala, lada dsb atau juga jasa lingkungan seperti ekowisata. Air bersih yang kita nikmati pun sebenarnya produk HHBK” ujar Dicky.

Teras Mitra sendiri membantu pemanfaatan HHBK dengan memberikan pendampingan bagi komunitas, misalnya pelatihan dan pengenalan akan tanaman pewarna alam pada komunitas tenun. Agar HHBK dan komunitas yang dibina dapat lebih terekspos, Teras Mitra pun membuat berbagai inovasi untuk menjangkau masyarakat luas. Media audiovisual seperti film dokumenter maupun film cerita, salah satunya film Empu (2019) yang memenangkan penghargaan di Festival Film di Houston. Selain itu media visual seperti buku cerita, buku kumpulan foto, dan komikpun dibuat agar dapat menjangkau masyarakat luas. Harapannya dengan berbagai media tersebut komunitas yang bergerak dalam pemanfaatan HHBK bisa lebih dikenal pasar. Dicky juga berpesan agar kita masyarakat juga aktif sebagai konsumen cerdas dengan menggunakan produk lokal berbasis HHBK sebagai bentuk upaya dukungan akan pelestarian hutan.

Hasil hutan bukan kayu juga berperan penting dalam kemandirian masyarakat serta kedaulatan pangan lokal.

Tokoh masyarakat adat Knasaimos-Sorong Selatan Arki bercerita bagaimana sagu merupakan HHBK unggulan serta menjadi warisan turun-temurun. Sagu juga menjadi bagian budaya karena dalam pemanenannya dilakukan masyarakat secara gotong-royong. Takjub mendengar manfaat sagu, mulai dari batang, pelepah, daun, pun kulit batangnya. Dengan bantuan pengelolaan dari komunitas Bentara Papua, produksi sagu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pribadi bahkan hingga dipasarkan.

Hingga saat ini masyarakat adat di Knasaimos masih mempertahankan keadaan hutan dimana sagu tumbuh. Meskipun ada ancaman alihfungsi lahan menjadi kebun kelapa sawit namun hingga saat ini masyarakat adat Knasaimos masih memegang komitmen untuk menjaga hutan. Peran anak muda yang kini cukup menjadi kendala, karena sekitar 50-60% anak muda saja yang masih aktif terlibat dalam pemanenan dan pengolahan sagu. Padahal sejak dulu proses pemanenan sagu menjadi salah satu ilmu didikan orang tua pada anak-anaknya. Namun Arki optimis bahwa anak-anak muda yang memiliki kesibukan mengenyam pendidikan akan tetap kembali terlibat dalam pengolahan sagu yang merupakan bagian dari budaya.

Bagi kamu yang penasaran dengan live cooking show yang menjadi liputan spesial pada peluncuran Pesona Hutan 2020 bersama Kaum Restaurant dan Ade Putri Paramadita bisa langsung saksikan di Live Youtube Hutan itu Indonesia di bawah ini

Oleh : Andrian Pramana dan Agnes Nainggolan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2024 Hutan Itu Indonesia. All Rights Reserved.
cross