Hi Millennials! Yuk, Ikutan Gotong Royong Menjaga Keanekaragaman Hayati Indonesia

Dipublikasikan oleh admin pada 28 May 2021

Oleh: Andrian Pramana

Eco Human Global berkolaborasi dengan Hutan Itu Indonesia menyelenggarakan webinar “Mata Ke Hati: Gotong Royong Milenial Menjaga Keanekaragaman Hayati Indonesia pada hari Sabtu, 22 Mei 2021.  Kegiatan ini merupakan perayaan bersama hari keanekaragaman hayati yang jatuh setiap tanggal 22 Mei.

Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber yakni Tri Mumpuni dari Inisiatif Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan (IBEKA), Aditya Dipta Anindita M.Si dari Sokola Institute,  Ahmad Sopian S.Hut, dari  Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bengkulu Selatan serta Sarno mewakili Kelompok Tani Hutan Desa Air Tenam. Kegiatan diikuti 244 peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Tema “Mata Ke Hati” dipilih sebagai ajakan beraksi dan berkolaborasi bagi anak muda Indonesia untuk bersama menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.

Dokumentasi: Eco Human Global

Hafiani Putri Agustin, selaku Ketua Panitia Acara “Mata ke Hati” mengatakan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik khususnya anak muda dalam untuk peduli akan keanekaragaman hayati yang Indonesia miliki.

“Kita sudah tahu, Indonesia adalah negara megabiodiversitas kedua terbesar di dunia setelah Brazil. Setidaknya Indonesia memiliki 10 persen spesies dari total spesies tumbuhan yang ada di dunia serta 12% dari total keanekaragaman fauna dunia. Dan hutan menjadi rumah yang menaungi kekayaan keanekaragaman hayati tersebut”, lanjutnya.

Baca Juga: World Wildlife Day 2021 Mempertahankan Manusia dan Planet

Krisis keanekaragaman hayati di Asia Tenggara menjadi latar belakang inisiatif kegiatan ini.  Berdasarkan Global Assessment Report on Biodiversity 2019 diprediksi 24-25% kelompok mamalia dan burung di Asia Tenggara akan mengalami kepunahan jika tidak ada upaya yang signifikan untuk melindunginya. Setiap upaya akan bermakna untuk melindungi kekayaan alam kita ini. Oleh karenanya inisiatif-inisiatif anak muda untuk menunjukkan kepedulian pada keanekaragaman hayati sangat penting. Setidaknya bisa mengajak teman-teman lain untuk mulai melek tentang isu ini.

 “Akhirnya dari  “Mata ke Hati” dan terinspirasi untuk bersama-sama, berkolaborasi menjaga keanekaragaman hayati ini”, tambah Hafiani. 

Desa Mandiri Energi 

Ada beberapa hal utama dalam membangun desa mandiri energi yakni melalui pendekatan lokal seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, modal sosial, modal spiritual dan finansial yang memadai. Hal ini disampaikan oleh Tri Mumpuni, Direktur IBEKA.

Tri Mumpuni Direktur IBEKA saat pemaparan materi

“Kita perlu memberikan contoh dengan memberikan ide dan masukan agar desa mandiri energi bisa tercapai tanpa harus menggunakan proyek-proyek top down, sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya sendiri seiring dengan menjaga sumber daya alamnya termasuk hutan” kata Tri Mumpuni. 

Contoh masyarakat yang mandiri energi dengan memanfaatkan sumber daya tersedia di desa yang  diselaraskan pada inisiatif pengembangan energi terbarukan yakni di Desa Air Tenam, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Di desa Air Tenam, masyarakat desa belajar untuk mengelola hutannya secara lestari. Antara lain dengan pemanfaatan air terjun untuk pembangkit listrik desa. Pembangkit listrik desa ini dimanfaatkan bagi seluruh warga desa. 

“Menjaga hutan itu banyak kasih manfaat yang baik dan kesejahteraan bagi kami, yang tinggal di sekitar hutan”, jelas Sarno, Ketua Kelompok Tani Desa Air Tenam.

Dokumentasi : Eco Human Global

Upaya masyarakat desa Air Tenam ini juga diamini oleh Ahmad Sopian, seorang penyuluh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Bengkulu Selatan. Selain pengembangan energi terbarukan, masyarakat juga turut dalam skema perhutanan sosial dari Kementerian Kehutanan dan LIngkungan Hidup (KLHK). Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan pemerintah setempat, masyarakat desa Air Tenam juga mengembangkan produk hasil hutan bukan kayu seperti kopi, madu dan  durian,  serta  mengembangkan jasa ekowisata air terjun dan arung jeram. Dengan menjaga hutan dan keanekaragaman hayati, cita-cita mandiri energi pun bisa terwujud.

Masyarakat penjaga hutan

Di hutan Bukit Dua Belas Jambi, orang rimba menjaga ekosistem hutan sejak dahulu. Orang rimba merupakan kelompok masyarakat adat yang tinggal dan bergantung di hutan bukit duabelas jambi, mewarisi kegiatan berburu dan meramu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. 

Pengetahuan tentang hutan diwarisi anak-anak orang rimba melalui cara praktik langsung. Misalnya dengan mengikuti rutinitas berburu ayahnya di hutan. Dengan mengikuti ayah mereka berburu, mereka mampu membedakan kondisi bahaya yang akan datang seperti bisa membedakan hewan buas atau hewan buruan lainnya, mereka dapat mengetahui waktu dimana hewan tertentu akan muncul, mereka juga mengetahui berbagai jenis pohon dan hewan disekitar mereka, dan memahami tanda atau bencana alam yang akan datang. Demikian juga dengan kehati-hatian dalam berlaku terhadap ekosistem hutan. 

Baca Juga: Ikatan Cinta Antara Hutan dengan Diri, Refleksi untuk Beristirahat

Orang rimba menganggap sungai merupakan jalan dewa sehingga mereka tidak memperbolehkan membuang sampah dan juga menjaga kebersihan air sungai. Karena cara hidupnya ini, kelompok masyarakat adat memiliki peran penting dalam menjaga 80% keanekaragaman hayati Indonesia, meskipun jumlah mereka hanya 5% dibandingkan masyarakat secara umum. Hal ini dikarenakan masyarakat adat tinggal di hutan secara langsung dan mempunyai sistem adat yang akan mengatur lingkungannya berupa hukum adat maupun kepercayaan yang mereka miliki. Demikian dijelaskan oleh Aditya Nindit yang akrab dipanggil Indit, co-founder Sokola Institute. 

Anindita dari Sokola Institute saat menyampaikan materi Melhat Hutan dari Dalam

“Masyarakat adat memiliki kemampuan dan kekayaan pengetahuan tentang pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan, oleh karena itu pendidikan seharusnya bisa mentransfer pengetahuan tersebut lintas generasi. Hanya dengan perspektif keberagaman, pengetahuan lokal dapat dihargai” tambah Indit.

Dengan terselenggaranya kegiatan Mata ke Hati ini, diharapkan menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu berupaya melestarikan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia yang dimiliki. Supaya kita manusia dapat hidup harmonis bersama alam dengan cara-cara yang adil terhadap aspek sosial dan lingkungan demi mendukung kesejahteraan masyarakat itu sendiri, karena dengan kita menjaga hutan berarti hutan turut menjaga kita. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Copyright © 2025 Hutan Itu Indonesia. All Rights Reserved.
cross