Dipublikasikan oleh admin pada 29 Dec 2023
COP (Conference of the Parties) adalah Pertemuan para Pihak untuk Perubahan Iklim yang diselenggarakan setiap tahun oleh United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). COP merupakan konferensi tingkat tinggi untuk membangun upaya anggota PBB dalam mengatasi krisis iklim. Tahun ini adalah COP ke-28 yang dilaksanakan di Dubai, Uni Emirat Arab Dubai ditunjuk sebagai presidensi atau tuan rumah untuk konferensi tingkat tinggi ini. Uni Emirat Arab sendiri adalah negara pertama yang berkomitmen mengurangi emisi serta pemimpi aksi iklim di Timur Tengah.
Expo City tempat berlangsungnya COP28
COP 28 menjadi salah satu konferensi penting setiap tahunnya, karena disini para pemimpin negara mengambil keputusan untuk mempercepat aksi iklim dalam mewujudkan target Paris Agreement, yakni mempertahankan kenaikan suhu bumi supaya tidak melebihi 1,5°C pada 2030 melalui komitmen setiap negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim dengan memperkuat Kontribusi yang Ditentukan Secara Nasional (NDCs), serta tersedianya pendanaan iklim untuk memerangi perubahan iklim, baik melalui langkah-langkah adaptasi maupun mitigasi di tingkat lokal, nasional, dan internasional.
Tahun ini Hutan itu Indonesia sebagai bagian dari Koalisi KOPI didukung oleh Aliansi Voices for Just Climate Actions (VCA) dari Yayasan Humanis (Afiliasi HIVOS) mendapat kesempatan langsung untuk hadir di ajang COP 28. Ada Eulis Utami (Kak Tami) selaku campaign manager dan Diyah Deviyanti (Kak Diyah) selaku program manager jadi perwakilan HII untuk menghadiri konferensi di Dubai. Salah satu isu yang akan disuarakan bersama aliansi VCA adalah pendanaan iklim yang dapat diakses kelompok anak muda dan komunitas lokal yang berada di garis depan dalam melakukan aksi iklim.
Kak Tami bersama Koalisi VCA Global
Konferensi bertajuk “Unite, Act, Deliver” tersebut, tahun ini dihadiri lebih dari 97.000 peserta yang datang secara langsung mulai dari 30 November hingga 13 Desember 2023. Dalam COP28 ini, kita bisa mengikuti berbagai kegiatan mulai dari menyimak proses negosiasi tuntutan yang dilakukan oleh Negara Berkembang (Global South) kepada Negara Maju (Global North) di meeting room, berkunjung ke paviliun berbagai negara dan lembaga, mengikuti berbagai aksi dalam menyampaikan aspirasi dan sesi berbagi dalam beragam side event, serta yang paling menarik adalah menikmati pertunjukan seni dan instalasi seni yang disajikan untuk mengemas tuntutan keadilan iklim yang keren-keren banget!
Beragam kreativitas untuk menggalang solidaritas menuntut keadilan iklim disuarakan melalui berbagai media, khususnya oleh perwakilan anak muda dari berbagai negara. Pada COP28 kali ini, Kak Tami turut berpartisipasi menyampaikan suara terkait partisipasi orang muda dan tantanganya dalam mengikuti COP28 pada Side Event bertajuk “Climate Justice and Democratic Decision Making at COP: Challenges and Opportunities” yang diselenggarakan oleh Aliansi Voices for Just Climate Action. Dalam sesi ini Kak Tami menyuarakan harapan agar orang muda tidak hanya didengarkan karena berasal dari kelompok yang paling terdampak perubahan iklim, namun harus benar-benar dilibatkan sebagai kontributor berharga dalam perancangan kebijakan.
Kak Tami dalam Side Event COP28
“Intergenerational power dynamics perpetuate tokenization and “youth-washing”. where young people are included in events not for the merit of their ideas but solely to make an event appear diverse.” “(Dinamika kekuasaan antargenerasi melanggengkan tokenisasi dan “youth-washing”, dimana generasi muda diikutsertakan dalam acara-acara bukan karena ide-ide mereka, namun semata-mata untuk membuat acara tampak beragam)” Ujar Kak Tami dalam paparannya pada side event tersebut.
Selanjutnya, hal menarik juga dibagikan oleh Kak Diyah dalam side event bertajuk Artivism For Resilient Future yang menceritakan bagaimana “Engagement In Art” menjadi salah satu media untuk menyampaikan isu perubahan iklim, khususnya untuk menggalang partisipasi anak muda seperti dalam kegiatan-kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Hutan itu Indonesia. “Ini pertama kalinya menjadi pembicara bertaraf internasional dan menggunakan bahasa inggris dengan durasi total 10 menit. 10 menit ini sangat berharga, aku mencoba mencari cara bagaimana 10 menit ini audiens fokus apa yang aku bicarakan di depan. Senang rasanya 10 menit presentasi melihat wajah audiens senang dan menunggu setiap kata yang hendak aku keluarkan, setelah selesai banyak audiens berterima kasih atas apa yang sudah aku ceritakan dan lakukan di Indonesia.” Ungkap Kak Diyah memberikan testimoninya.
Kak Diyah berbagi tentang Artivism
Kehadiran kedua perwakilan anak muda dari Hutan itu Indonesia dalam ajang konferensi internasional tersebut, tentunya sebuah pengalaman berharga bagi kami. Semoga semakin banyak anak muda yang terinspirasi dan semakin tergerak untuk terlibat aktif dalam upaya jaga hutan Indonesia yang sangat berperan penting menjaga kestabilan iklim dunia.
Kak Diyah bersama Tim VCA Global
Nah, Kalau kalian punya kesempatan untuk mengikuti COP, apa nih yang ingin kalian suarakan? Tulis di kolom komentar ya!