Dipublikasikan oleh admin pada 22 Jul 2022
Bandung, 22 Juli 2022. Jaringan sukarelawan Hutan Itu Indonesia di Bandung, Forestisme, berkolaborasi dengan Yayasan Tunas Nusa, mengajak anak muda perkotaan dan masyarakat umum lainnya turut serta dalam langkah kolaboratif memulihkan lingkungan lewat peranan konservasi hutan, hal tersebut ditujukan demi mencegah krisis lingkungan yang lebih masif.
Christian Natalie, Manajer Program Hutan Itu Indonesia mengatakan bahwa banyak upaya yang bisa dilakukan anak muda di perkotaan dalam mendukung pemulihan lingkungan adalah dengan menumbuhkan hutan dan mendekatkan hutan di perkotaan.
“Seperti yang saat ini Hutan Itu Indonesia lakukan bersama Forestisme, Yayasan Tunas Nusa, dan Masagi Coffee di Bandung, di mana kami sedang berkolaborasi membuat hutan pangan lewat metode Miyawaki, yang diharapkan menjadi inovasi konkrit dalam menumbuhkan hutan di perkotaan dan mendekatkan hutan yang jauh supaya lebih dekat dengan mereka.’’ ujar Christian.
Didi Ruswandi, MT, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Bandung menambahkan “Upaya menumbuhkan hutan melalui metode Miyawaki dapat menjadi solusi dalam membangun kembali hutan, metode yang dikembangkan oleh ahli botani dan ekologi asal Jepang yakni Akira Miyawaki ini dibuat dengan menanam tanaman dan bibit pohon dengan sangat rapat lalu diisi oleh tanaman asli yang beragam.” ujar Didi.
Sementara Ginggi Syarif, Founder Jatiwangi Art Factory mengatakan “Saat ini Jatiwangi Art Factory (JAF) membuat program bernama Perhutana, program yang dirancang memadukan kampanye hutan lewat pendekatan seni dan budaya, agar isu hutan lebih mudah dan gampang dikenali. Peran hutan untuk mencukupi masa depan adalah kebutuhan, tapi tidak semua orang sadar, jadi dengan seni kami kenalkan dengan metode yang riang. Contohnya di Jatiwangi, kami mengadakan ‘Festival Kesepakatan’ dengan kegiatan rampak genteng bersama warga. Karena dengan metode keriangan ini, lebih mudah dalam mewujudkan dukungan warga.” ujar Ginggi.
Program Perhutana menjadi percontohan kolektif dalam upaya menumbuhkan area hutan baru seluas 8 hektar di wilayah Jatiwangi, Majalengka, metode penumbuhan hutan di area tersebut menggunakan metode Miyawaki dan yang akan dipadukan dengan budaya, dan kebutuhan pangan masyarakat setempat.
Dukungan peran konservasi dan upaya pemantauannya juga hadir melalui teknologi informasi, seperti aplikasi RESTOR di mana data dan wilayah restorasi dapat diakses secara mudah dan transparan.
Annisa Satwika Local Lead RESTOR mengatakan “RESTOR dapat menjadi jembatan bagi para praktisi dan orang-orang awam. Tidak hanya menyajikan data progres restorasi, tapi juga bisa membuka kesempatan bagi teman-teman yang mau bergabung menjadi sukarelawan di wilayah restorasi, misal untuk kegiatan pendampingan, restorasi, penanaman, dan lainnya, melalui RESTOR semua orang bisa turut terlibat dalam monitoring perubahan lahan. Sehingga, ini bisa menjadi upaya gotong royong yang transparan, dimana semua orang bisa terlibat bantu dan mengawasi kegiatan restorasi.” tutup Annisa.
Hutan sebagai ekosistem alami memiliki banyak fungsi, seperti menyediakan buffer bagi perubahan iklim dan jasa ekosistem yang beragam bagi manusia. Maka dari itu penting untuk membangun upaya konservasi hutan melalui pendekatan baru atau inovasi salah satunya menumbuhkan hutan di perkotaan lewat metode Miyawaki.
***