Dipublikasikan oleh admin pada 31 Jul 2018
Tahukah kamu, Kasepuhan Karang Banten adalah satu-satunya hutan di Pulau Jawa yang statusnya telah diakui negara sebagai hutan adat. Nah, pada 28-29 Juli 2018 lalu, Hutan Itu Indonesia berkesempatan mengunjungi hutan adat ini bersama Pemenang 1 Amazing Race #CintaHutanIndonesia (Ikhsan, Gusti, Inez, dan Yulia) yang diadakan pada 22 April 2018 di Kebun Binatang Ragunan, Jakarta. Seperti apa serunya?
Hari Pertama
Pukul 08.00 WIB, kami bertolak dari Stasiun Tanah Abang Jakarta menuju Stasiun Rangkas Bitung yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan kereta. Di sana, pemandu kami bernama Aa’ Engkos telah menunggu untuk mengantar kami menuju Desa Jagaraksa yang ditempuh selama dua jam perjalanan menggunakan mobil.
Sesampainya di Desa Jagaraksa, kami langsung disuguhi dengan makan siang: sayur asem, ikan asin, kangkung rebus, ikan mas goreng, sambal, dan tentunya nasi panas. Setelah puas menyantap hidangan dan berinteraksi dengan warga sekitar kami pun diantar ke Kawasan Pesona Maranti untuk bermalam.
Jejeran pohon meranti yang rimbun dan hamparan sawah luas yang memanjakan mata menyambut kami. Sebelum kami beristirahat di tenda yang menghadap langsung ke areal persawahan, kami berkesempatan berbincang dengan Kepala Desa Pak Jaro Wahid. Beliau menceritakan perjuangannya dalam memperjuangkan hutan kawasan Kasepuhan Karang yang tadinya statusnya hutan negara menjadi hutan adat (nantikan kisah lengkapnya dalam artikel selanjutnya ya!).
Tak hanya mengobrol dengan Kepala Desa, kami juga mengenal lebih jauh para pemuda yang aktif mengelola kawasan ekowisata Kasepuhan Karang. Mereka bermimpi agar Kasepuhan Karang juga bisa dikenal masyarakat luas sebagai daerah ekowisata unggulan di Banten.
Malam semakin larut, kami pun pamit untuk beristirahat guna mempersiapkan petualangan kami keesokan harinya.
Hari kedua
Embun masih menyelimuti kawasan Pesona Maranti saat kami membuka kelopak mata. Sarapan nasi goreng lengkap dengan telur dadar, bakwan, arem-arem, dan kerupuk telah menanti kami di depan tenda. Kami pun menyantap sarapan bersama sebelum memulai petualangan di hari kedua.
Setelah perut terisi, kami menawarkan diri untuk membantu ibu-ibu setempat yang sedang menanam padi. Mereka menyambut baik tawaran kami. Terima kasih ibu!
Puas menanam padi, kami kemudian menyusuri kawasan hutan dan perkebunan untuk menuju mata air yang menjadi sumber penghidupan warga Desa Jagaraksa. Lelah raga menempuh empat jam perjalanan pulang pergi dengan berjalan kaki terbayar dengan rangkaian pemandangan dari tenda hingga air terjun tujuan kami.
Sekembalinya dari air terjun, kami pun mempersiapkan diri untuk bertolak ke Stasiun Rangkas Bitung untuk kembali ke ibu kota. Sebagai kenang-kenangan, Aa’ Engkos memberi kami gelang anyaman yang terbuat dari tumbuhan andam sebagai oleh-oleh.
Terima kasih Hutan Adat Kasepuhan Karang, Banten! Pengalaman ini tentu menjadi kisah yang terlupakan bagi kami 🙂
Sahabat Hutan, tertarik mengunjungi Hutan Adat Kasepuhan Karang, Banten? Yuk, kenal lebih dekat daerah ekowisata ini dengan mengunjungi akun Instagram @leuweungadat.