Dipublikasikan oleh admin pada 23 May 2022
Selain menyimpan sejarah panjang lahirnya Pancasila, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur juga memiliki panorama alam yang indah, dilengkapi dengan kearifan lokal dari seni, budaya, tradisi, sampai kuliner.
Salah satu kawasan dengan panorama alam yang menakjubkan dan kaya dengan nilai kearifan lokalnya adalah Desa Detusoko. Desa ekowisata ini merupakan salah satu desa penyangga Taman Nasional Gunung Kelimutu, pesona yang ditawarkan dari desa ini adalah panorama persawahan terasering dengan suguhan perbukitan yang mengelilinginya ditambah dengan aliran sungai jernih yang mengalir pada area persawahan dan juga perkebunan masyarakat setempat.
Lokasi Desa Detusoko berada pada ketinggian 800 mdpl, area persawahan yang berada di Desa Detusoko merupakan warisan turun-temurun dan hampir semua keluarga di desa memiliki lahan sawah. Salah satu hal yang menarik lainnya dari area persawahan di Desa Detusoko adalah cara penangkapan hamanya yang menggunakan lampu berwarna-warni yang akan menyala pada malam hari, hal tersebut sebagai bentuk konkret dalam menerapkan pertanian organik di Desa Detusoko dengan mengurangi penggunaan pestisida dan bahan kimia lain.
Pengunjung juga akan menemui jembatan kali lowaria yang berwarna pelangi, jembatan ini dikelilingi dengan area persawahan, lanskap bukit, serta derasnya aliran air yang jernih nan memanjakan mata dan telinga. Kami sarankan kamu untuk mengunjungi jembatan ini pada jam pagi hari maupun sore hari yang kaya akan suara-suara alam yang saling berdendang.
Tak jauh dari lokasi jembatan, pengunjung bisa menemui beberapa lokasi kolam air panas yang dipercaya memiliki kandungan belerang dan bermanfaat untuk penyembuhan penyakit kulit, salah satunya adalah kolam Ae Oka Detusoko.
Desa Detusoko juga memiliki tempat nongkrong yang menyuguhkan panorama persawahan langsung, pengunjung dapat menikmati berbagai makanan dan minuman sambil melihat panorama sawah terasering yang menyegarkan mata.
Kental akan budaya
Desa Detusoko juga dikenal lengkap dengan budayanya yang khas. Terdapat Sanggar Dau Dole Pokdarwis Nira Neni yang memiliki fungsi pelestarian tarian dan musik tradisional. Ketika mengunjungi desa ini, pengunjung disambut dengan tari tradisional sebagai bagian dari penerimaan secara adat.
Dilansir dari laman Instagram Decotourism.id terdapat juga ritual upacara Wau Tosa dari Suku Rini, salah satu warisan tradisi leluhur Wau Tosa ini adalah tradisi menumbuk pafi khusus dan di kebun khusus untuk dipersiapkan kepada para leluhur. Ritual dilakukan untuk orang-orang pilihan yang dilakukan selama setahun sekali. Upacara Wau Tosa merupakan satu bagian kecil dari Upacara Nggua Uwi, sebuah upacara syukuran dalam bentuk rasa terima kasih akan hasil panen, kehidupan, dan keselamatan, upacara ini biasa dilakukan pada minggu kedua Bulan Oktober setiap tahunnya.
Untuk para pengunjung, Desa Detusoko juga memiliki ragam fasilitas penunjang seperti homestay yang dikelola penduduk setempat, dengan harga perkiraan per malam sekitar Rp150.000 per orang dan termasuk tiga kali makan sehari. Gimana kamu tertarik untuk mengunjungi Desa Detusoko?
“Dengan menjaga alam, maka alam akan memberinya lebih, Desa Detusoko adalah contoh manusia dapat hidup harmonis dengan alam, kesejahteraan manusia akan selalu bergantung pada alam dan isinya”.