Dipublikasikan oleh admin pada 07 Sep 2022
Pada Minggu, 4 September 2022, Forestisme mengadakan kegiatan Forace : Forest Makes Our Harmony, dengan menyusuri tempat-tempat menakjubkan di Taman Hutan Raya Djuanda. Kegiatan ini bertujuan untuk menambah wawasan sekaligus mengulas dan menggali lokasi sejarah dan nuansa alam di kawasan Tahura Djuanda, Bandung.
Forace merupakan acara ketiga dalam rangkaian peringatan Hari Hutan Indonesia 2022, kegiatan ididukung oleh Hutan Itu Indonesia, Indorelawan, USAID, dan Yayasan Peta Bencana serta kolaborasi dengan restor.eco, Ringan Bareng, Eco Human, dan Kopi Surgawi.
Sebelumnya Forestisme Bandung telah melaksanakan dua kegiatan dalam rangka Hari Hutan Indonesia yakni menyelenggarakan Webinar “Gotong Royong untuk Hutan Indonesia yang Lestari” dan ikut berkontribusi dalam event “Kenalan dengan Hutan Pangan Mikro di Kota Bandung”
Kegiatan Forace dihadiri oleh sebanyak 30 orang peserta, kegiatan dibagi menjadi dua sesi, dimana sesi pertama dimulai dengan sharing session. Sharing Session yang dipandu oleh Kak Raka dan Kak Arief sebagai MC diawali dengan acara pembukaan dan sambutan untuk para peserta dan pembicara di antaranya Kak Adrian yang merupakan Spesialis Media dan Komunikasi Hutan Itu Indonesia, Kak Amanda Sekretaris Forestisme Bandung, Kak Nina DKRB Peta Bencana Prov. Jawa Barat, Kak Annisa Local Lead Restor, Kang Patih dari Ringan Bareng, dan Kak Salma dari Eco Human Global.
Tema yang disampaikan menjadi sangat beragam karena terdapat enam pemateri dimulai dari isu hutan dan lingkungan, kebencanaan, hingga Gerakan sosial. Namun, secara keseluruhan materi yang disampaikan oleh masing-masing pembicara menjadi saling terkoneksi.
Amanda sekretaris dari Forestime menyampaikan bahwa banyak alasan mengapa anak muda harus andil menjaga hutan, menurutnya ” Dengan merusak lingkungan, penebangan yang tidak bertanggung jawab dan kurangnya rencana untuk memulihkan hutan, masyarakat berisiko menjadi rentan terhadap fenomena alam ekstrem yang tanpa disadari hal itu menyebabkan banyak bencana.
“Tindakan semacam itu dapat dianggap sebagai serangan terhadap keselamatan dan integritas manusia, dan semua pihak harus lebih peduli tentang hal ini dan menyadari bahwa hutan memiliki peran efektif untuk menurunkan risiko bencana.” tambah Amanda.
Sesi kedua adalah sesi yang ditunggu-tunggu, sesi ini adalah menyusuri sisi legendari dari Tahura Djuanda yakni Goa Jepang, Goa Belanda, serta diakhir di lokasi penangkaran rusa. Selain diajak belajar mengenai sejarahnya dari masing-masing lokasi, sekaligus peserta diajak serunya masuk ke hutan dan menikmati suasananya yang menenangkan serta menyejukan.
Pada pos pertama yang berlokasi di Goa Jepang, peserta diajak bercerita sejarah lengkapnya bersama Kak Zachnaz dari Eco Human Global, sesi bercerita dilanjutkan dengan bermain games untuk mengumpulkan bendera untuk ditukar menjadi hadiah diakhir acara.
Kemudian pos kedua dan pos Ketiga peserta diajak untuk menyusuri Goa Belanda serta belajar mengenai fenomena alam patahan Lembang, sesi ini dipandu oleh teman-teman dari Ringan Bareng. Supaya tidak bosan masing-masing peserta ditantang untuk menyelesaikan games yang diberikan panitia.
Irene Alta yang merupakan salah satu peserta dalam kegiatan ini turut menyampaikan rasa senanngnya mengikuti kegiatan Forace, ia menuturkan “Informasi yang disampaikan pada saat sharing session sangat menarik dan mudah dipahami oleh para peserta terlebih lagi informasi yang disampaikan sangat bermanfaat. Dari kegiatan ini saya boleh mengenal teman-teman baru, terlebih lagi saya jadi memiliki kesadaran bagaimana pentingnya melestarikan dan menjaga kelestarian hutan bagi keberlangsungan hidup di masa ini dan masa depan.”