Dipublikasikan oleh admin pada 22 Dec 2021
Hutan Sangeh masuk kedalam Obyek Taman Wisata Alam Sangeh, kawasan ini dirintis sejak tahun 1969 yang dikenal dengan keberadaan kera-nya yang jinak. Sangeh berasal dari dua kata “Sang“ berarti “orang“ dan “ngeh“ berarti “melihat“ Sangeh artinya orang yang melihat. Konon kayu-kayu (Hutan Pala) dalam perjalanan dari Gunung Agung menuju tempat di Bali Barat, namun di tengah perjalanannya ada yang melihat, pada akhirnya kayu-kayu tersebut berhenti di satu tempat yang sekarang disebut “Sangeh”.
Objek Taman Wisata Alam Sangeh terletak di Desa Sangeh, Kabupaten Badung, Bali, berjarak ± 25 km dari Kota Denpasar. Kawasan ini memiliki luas 13.969 Ha yang mayoritas ditumbuhi pepohonan pala. Selain pepohonan pala, terdapat tanaman lain yang cukup terkenal di hutan ini, yakni pohon lanang wadon, uniknya bagian bawah pohon tersebut berlubang menyerupai alat kelamin perempuan, di tengahnya terdapat batang yang mengarah ke bawah yang sepintas terlihat seperti alat kelamin pria, pohon ini persis di pelataran depan pintu masuk Hutan Sangeh.
Hutan Sangeh dihuni oleh kera abu ekor panjang (Macaca fascicularis) yang jumlahnya kurang lebih 600 ekor, dan keberadaannya tidak terlepas dari keyakinan masyarakat yang menganggap mereka adalah jelmaan Prajurit Putri. Monyet-monyet ini punya jadwal makan yang sudah teratur yaitu pagi pisang, siangnya ketela, sedangkan sorenya diberikan beras sebagai santapan terakhir.
Masyarakat sekitar menganggap keberadaan kera-kera yang ada di Hutan Sangeh sebagai kera suci yang disakralkan karena dianggap membawa berkah. Kera sangeh hidup dengan berkelompok sama layaknya seperti kehidupan masyarakat di Bali yang mempunyai banjar, banjar ini terbagai ke dalam tiga kelompok yakni timur, tengah, dan barat, masing-masing banjar punya pemimpinnya.
Di tengah hutan Sangeh, terdapat dua buah pura, yakni Pura Melanting dan Pura Bukit Sari. Keberadaan pura ini merupakan peninggalan abad ke-17 yang berkaitan dengan sejarah kejayaan Kerajaan Mengwi. Berdasarkan sejarah pura tersebut dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karangasem Sakti, anak angkat Raja Mengwi, Tjokorda Sakti Blambangan.
Konon, Anak Agung Anglurah Made Karangasem Sakti, sejak kecil melakukan ‘tapa rare’ yaitu bertapa seperti tingkah laku anak-anak. Setelah kesaktiannya makin kokoh, beliau juga mendapat bisikan gaib, agar membuat palinggih (tempat sembahyang) di Sangeh. Sejak itulah, Pura Pucak Bukit Sari ini ada di tengah-tengah hutan Pala, sebagai tanda sujudnya keturunan Raja Mengwi terhadap Ida Bhatara di Gunung Agung.
Referensi :
[1] https://bukit-sari-sangeh.com/index.php/tentang-kami
[2] https://www.indonesia.travel/id/id/ide-liburan/yuk-melihat-habitat-ratusan-monyet-di-sangeh-monkey-forest-bali
[…] Baca Juga: Berkunjung ke Habitat Monyet di Hutan Sangeh Bali […]